Manusia Kuat adalah Juga Manusia

Pontianak. 02:05. 17122018.

Tanggal 17 Juni tahun 2012 (saya ingat tanggal ini, sehari sebelum pernikahan teman baik), kami bernyanyi bersama sama. Seorang sahabat berulang kali mencari judul suatu lagu di tempat karaoke. Tak berjumpa judulnya, ia cari nama penyanyinya. Tak juga ditemukan. Ia gelisah. Kemudian ia menyenandungkan lirik yang janggal itu. Ah ya, nadanya menyanyi memang melayang-layang terlalu fals. Kami tak tau lagu apa yang dinyanyikannya.

Sudah sewindu ku di dekatmuuuuw.”

Kalimat tersebut diulang-ulangnya dengan nada yang mirip dendang melayu. Katanya yang menyanyi adalah Tulus. Kami bertanya apakah Tulus ini suatu band Malaysia. Kenapa begitu asing di telinga.

—singkat cerita—

Di penghujung 2018 ini, saya sedang mendengarkan lagu Kau Datang Lagi, diulang-ulang lagi dan lagi. Kadang jika terlalu terhanyut sedih, saya sela dengan Cahaya. Tersenyum kembali saya.

Lucu rasanya sedemikian ini mengagumi sesama manusia. Terakhir saya tergila-gila kepada Ibu Sri Mulyani, yang tetap tegar, yang seolah-olah profilnya menyela air mata saya ketika saya lelah.

Saya tak ingin terlalu mengagumi, apapun yang berlebihan tak pernah baik adanya, entahlah apakah demikian dengan kekaguman. Saya berlatih dan berharap semoga segala kagum bisa saya sulap menjadi energi baik. Menjadi karya yang bermanfaat.

Alhamdulillah. Banyak yang memujanya, semoga tak lipa untuk mendokannya. Juga mendoakan keluarganya. Kemudian saya bertanya sendiri, menjawab sendiri, apakah senang jika hidup ditelusuri banyak orang? Apakah nyaman? Semoga jika jawabannya tidak nyaman, pahala kebaikan bisa menjadi sebaik-baiknya imbalannya.

Sosok yang saya kagumi ini juga ‘hanya’ manusia, tentulah ia sangat perlu berjalan kaki satu dua hari tanpa ada yang mengenali. Mungkin akan seru jika berjumpa teman bicara yang tidak salah tingkah dan kikuk dengan popularitasnya. Tidak merasa paling tahu tentangnya. Saya doakan. Dari sini. Dari jauh.

Jika kelak ada sepi dan sejenis hampa menghampirinya, ingin saya berikan referensi buku yang tepat dibaca. Atau sekedar canda yang jarang ada lucunya. Ia juga manusia kan? Manusia kuat juga perlu hal-hal biasa yang sebenarnya luar biasa. Allah yang jaga ya. Berikan kebahagiaan cukup padanya untuk menjadikannya baik hati dan kesedihan cukup untuk menjadikannya kuat.

*perkenankan saya memperkenalkan diri, seorang biasa saja yang dituntut untuk kuat, walau di level kelurahan namun seringkali lelah juga.

Pontianak. 02:22.

Nasihat Patah Hati

Pontianak. 00:46. 05072018.

Hidup itu kadang lucu sekali memang.

Atau mungkin memang tidak lucu, saya saja yang menertawainya, karena lelah, karena sedih, atau karena bahagia.

Raindrops keep falling on my head

but that doesn’t mean my eyes will soon be turning red

crying’s not for me cause

i’m never gonna stop the rain by complaining (BJ Thomas)

Beberapa minggu yang lalu… rasanya lebih berat dari biasanya. Biasalah, perihal patah hati.

Saya jatuh cinta kilat pada orang yang lama tidak saya temui. Namanya juga jatuh cinta, banyak sakitnya, kecuali kalau ‘bangun cinta’, mungkin banyak hikmahnya. Saya juga kurang tau, ini istilah ustadz-ustadz pelopor gerakan menikah muda. Yang saya tau tentang cinta ya barulah tentang keinginan kita berbuat baik, cinta pada hidup maka kita ingin berbuat baik untuk hari akhir, cinta pada manusia maka kita tak ingin manusia itu sedih, cinta pada penghuni bumi ya menjadikan kita memelihara dan menjaganya sebaik-baiknya.

Cintailah penghuni bumi agar penghuni langit mencintaimu.

Jatuh cintanya kilat karena patah hatinya pun datang seperti kilat. Bzzzttt~ langsung seperti ada lubang sedikit. Kalau sedang ada yang dikerjakan ya lubangnya ndak terasa, biasa saja, karena katanya jangan terlalu gila mengejar apapun yang bukan berujung pada surga. Baik yaaa yang bikin kutipan seperti itu. Tapi kalau sedang berjeda, terkenang lagi, sedih lagi deh.

Keesokan hari setelah momen retaknya hati, saya menghadiri rapat bersama bapak-bapak pejabat. Entah berkelakar, entah memang benar, salah satu berkata, “Ayo coba lurah-lurah ini seperti Mbak Ayu, ceria dan semangat.” Saya ya senang dibilang kayak gitu. Alhamdulillaah ‘ala kulli haal kalau bisa menularkan semangat baik. Tapi kemudian saya termenung, ini lagi sedih loh saya Pak, merasa useless (lebih enak pakai kata useless kan daripada tak berguna, lah bikin orang yang disayang bahagia aja gak bisa kan sedih rasanya). Kok ya malah dibilang lagi semangat-semangatnya. Tapi yaudahlah, mungkin Allah maunya saya semangat, maka dikasi ijin saya terlihat semangat. Saya juga berupaya tidak berpura-pura bahagia. πŸ’›

Di saat berkabung seperti itu, ajaibnya justru ada 2 manusia yang minta nasehat saya dalam mengobati patah hatinya. Waduh. Ini gimana ya, apa sebenarnya manajemen patah hati saya sudah shahih sehingga cepat sembuhnya? Atau saya terlihat memang bahagia selalu? Atau ini cara dari Yang Maha Kuasa untuk menyembuhkan saya? Atau atau atau sesederhana Ar Rahman ini begitu menyayangi saya dengan menutupi aib dan sedih?

Bukan kali pertama, orang patah hati mendatangi saya. Beberapa tahun lalu bahkan saya menjadi semacam spesialis lagu-lagu patah hati untuk didengarkan. Ada playlist yang isinya lagu yang bikin kita malas terkena matahari seperi Frau-Mesin Penenun Hujan, hingga seperti Boyz II Men yang nangis nangis Pada Ujung Jalan. 😰

Sejak Nenek saya meninggal, saya berani sumpah, aduhay tak ada apa-apanya lah patah hati yang sudah berkali-kali karena asmara itu dibandingkan dengan kesedihan ditinggalkan selamanya di dunia (dan semoga Allah berkenan pertemukan kita kembali di akhirat ya, Nek). Di saat itu saya sadar, betapa dunia memang fana.

Eh iya tadi kan sebenarnya mau cerita tentang nasehat patah hati. Jadi ya saya berikan adek-adek manis baik hati ini nasehat yang sebenarnya adalah kebutuhan saya. Kalimat-kalimat yang harusnya saya ucapkan di depan kaca, supaya memantul kepada saya. Kalimat bahwa takpapa menangis, tapi tau kapan berhentinya. Kalimat supaya diri bangkit lagi, jangan merasa jelek, menjelmalah menjadi sebaik-baiknya versi dirimu selalu, termasuk versi patah hati yang terbaik. 😊

Enak juga ya curhat tengah malam begini. Sekalian deh untuk yang sudah baca sampai ujung ini, minta doanya supaya kita selalu dikuatkan atas ujian apapun. Minta doa supaya kita selalu sadar bahwa kesedihan yang diberi Allah selalu secukupnya, supaya kita kuat, bukan cuma meratap. Bukankah Allah sayang orang yang kuat?

Sudah didoakan? Makasi banyak yaaa.

Alhamdulillaaah. Alhamdulillaah ‘ala kulli haaal.

*psssst ini bukan pertama kalinya saya berniat bikin tulisan patah hati, tapi selalu tersinpan di draft, karena ya seringkali gengsi, sekalinya nekat nulis dadakan kok ya malah jadi, langsung upload. Semoga bermanfaat.

*sepanjang menulis ada playlist lagu Tulus. Mantapancing mania bgd ini orang ya, mashaAllah liriknya naik turun. πŸ’›

Bedanya Istri dan Yang Bukan Istri

Pontianak. 19.18. 25072018. Gigi-Nirwana.

Kemarin malam, ketika di perjalanan mau ke rumah Kirnia yang ulang taun, si Enda kebagian tugas mengangkut bibi-bibi heboh yang terdiri atas Elda, Tati, Pipi, dan Ayuk.

Istrinya Enda, yang namanya Widya, yang baik hatinya, tak bisa ikut karena baru pulang lembur.

Seperti biasa, kalau para bibi ini digabungkan, maka semeru mungkin bisa diguncang dengan akarnya. Enda ya anteng aja, karena setelannya begitu, mau gimanapun ya Enda default gitu setelannya.

Akhirnya saya mendapat suatu inspirasi omongan. Yang kayaknya oke nih nilainya untuk ditaroh di sini, untuk diingat-ingat nanti-nanti. Betapa bedanya kan ya istri Enda dan para bestfriends yg baik hatinya ini. Tapi cocok aja kok. Walau memang sering kayak dari planet yang beda 🀣🀣🀣🀣.

Jawabannya ada di video berikut ini:

Ini juga:

Kurang lebih seperti ini transkripsinya:

πŸ‘©πŸ»β€πŸ”§: Sekarang aku paham ya kenapa kau udah paling bener nih sama Widya, pulang ke rumah udah you’re my home. Home sweet home. Karena kalau dibandingkan sama kita2 ni kayak geng pasar plamboyan (pasar induk di pontianak).

πŸ‘©πŸΌβ€πŸš€: Oooh jelaaas. Udah paling benar tu. Tiap orang butuh rumah kan.

πŸ‘©πŸ»β€πŸ”§: Bwhahahahaha iyaaaa, tapi masih perlu juga lah ke pasar, sekali-kali tapi, jangan tiap hari ntar pusingggg. Bwhahaahhaahahah. Niii kayak perlu cari sayur, cari tahu, ya liat gini.

πŸ‘©πŸΌβ€πŸš€: Hahahah iye, kalau mau liat keramaian ya gitu, ke pasar.

🐳🐳🐳🐳🐳🐳

Persahabatan kadang memang seperti pasar, agak terlalu riuh, atau tidak seperti bayangan, tapi bersyukurlah, masih ada yang siap membantu, seperti isi pasar. Manis kan? Kayak martabak srikaya.

Kesimpulannya ya gitu, tentang persahabatan yang sekarang dan semoga selamanya sampai anak cucu, dengan urusan rumah tangga yang juga semoga sedunia dan akhirat sama-sama.

Alhamdulillaah. Alhamdulilllaah ‘ala kulli haaal.

di Penghujung Hari

Pontianak. 22072018. 22:47.

Andien – Pulang.

Ada banyaaaak yang ingin diceritakan setiap penghujung hari.

Salah satunya tentang teman baik yang tak selalu ada, tapi kata-katanya tidak ingin saya lupa.

“Kalau sedih atau galau, buka aja AlQuran random, baca dengan artinya juga, inshaAllah di situlah kau temukan jawabannya.”

(Obrolan teras rumah, sekitar tahun 2011)

Sudah 2018. Saya masih tidak lupa. Seminggu yang lalu rasanya berat sekali. Saya yang merasa biasanya mudah beradaptasi, ternyata bisa capek juga. Tapi ada saja hadiah-hadiah lucu dari pemilik semesta, ketika pergi kondangan, seorang adek remaja menghampiri,

🌸: “Kakak masih ingat sama aku?”

🌼: “Eeeehh siapa nih?”

🌸: “Ayo tebak kaaak, siapa nih”

–sungguhlah Dik, jangankan dengan adek yg bermake up, daya ingat kakak memang sungguh lemah, sulit mengenal ini siapa–

🌼: (melihat lekat-lekar mukanya) “Waaa dandan cantik siiih inii, kk udh ndak kenal kaaan.”

🌸: “Hehehehe saya adeknya xavavavsvavfa (sungguh ketika nama ini disebut, saya tak mampu mendengarnya secara jelas)

Singkat cerita, saya cari tahu ig nya, dan foto yang berkaitan tentangnya. Oalaaaah ternyata dia si adik teman baik tadi, yang hanya sekali saya jumpai di tahun 2011 😁😁😁.—

🌼 : “Tebaklah aku tadi ketemu siapa. Lucuuu lincaaah, ternyata adeknya kamu (ini sebenarnya kalau bahasa melayu Pontianak, ngomongnya pake kau). Dia nanya masih ingat atau ndak, ya gmn mau ingat, kan trahir dulu ketemu taun 2011 kaan. Dandan pula skrg. Lucu kan?”

🐳: “Hahahahaaa. Maseh lincahan kau laah. Kau ni juara kawan terlincah aku yeee.”

🌼: “Yaqin? Aku dah kena kerasnya hidup nih. Dah agak lebih pendiam.”

🐳: “Alaaaaa ape perbandingannye bahwa hidup itu kau katekan keras? -Surayah-“

🌼: (terdiam, senyum seharian) “MashaAllah, tesenyum2 seharian abis dibilang kayak gini.”

🐳: “Aku yang makasih same kau, udah buat kuping kamek dengar Pidi Baiq.”

Saya lupa kapan bilang coba baca pidi baiq.Mungkin tahun 2011 lalu, di teras rumah.Tapi saya tak boleh lupa.Di 2018, kebaikan kata-kata itu kembali ke saya. Menjadi semangat saya untuk tidak mengeluh.Alhamdulillaah. Alhamdulillaah ‘ala kulli haal.

Psikologi Kematian (3)

Cantek ndak? Janjinya Allah, di surga nanti jauuuhhh lebih cantek daripada ini.

“Mungkin pada akhirnya, selain janji-janji bertemu dengan sungai yang mengalir jernih di surga, pohon yang tak berhenti berbuah, yang paling kita inginkan adalah berjumpa dengan manusia tersayang yg sudah meninggalkan kita ya, Yu.” (Fanny,2018)

Saat itu Fanny lagi cerita kesedihannya karena Bapak mertuanya meninggal, ealah saya bukannya full mendengarkan, malah jadinya kebawa curhat juga.

Setidaknya saya jadi sadar, mengatasi perasaan setelah ditinggalkan salah satunya adalah dengan bercerita, ya kepada siapa saja yg dirasa tepat. Kalau di saya sih ‘main amannya’ cerita malah ke orang yang asing, karena ya gengsi untuk cerita ke orang dekat, karena ya bentuk kesedihan masing-masing orang itu berbeda. Ada yang kemudian menjadi murung dan lebih sering menangis, ada yang menjadi tampak lebih sibuk di urusan duniawinya, ada juga yang mashaAllah justru lebih rajin beribadahnya. Di situlah tumbuh keinginan untuk mencari orang yang setidaknya terlihat netral atau lebih stabil emosinya.

Kembali lagi ke pernyataan Fani…. ditambah juga dengan cerita orang-orang, sekedar merasakan aura seolah2 yang tiada itu masih ada di dekat kita, dalam keadaan yang semoga lebih baik dan inshaAllah di surga… rasanya senang sekali. Percaya atau tidak, selama 3 hari setelah Nenek tiada, kadang seolah ada serupa bau Nenek melintas, mungkin sekedar sugesti saya saja, alih-alih takut, saya justru senang… seolah-olah sedang dipeluk. πŸ™‚

Karena hidup harus berjalan terus, maka kemudian kita memilih akan menjalani seperti apa. Apakah ditinggalkan mampu memberi kita kekuatan dan pelajaran baru. Apakah mampu memberikan kita harapan dan upaya supaya kelak benar-benar bisa kumpul di jannahNya? Iya, inshaAllah yang meninggalkan ini baik budinya, bagus ibadahnya, Allah sayaaaaang sama dia. Nah kita, kira2 masuk kualifikasi untuk masuk surga ndak ya?

“Manusia itu hidup dengan pengharapan, Yu….” (Adwin, sekitar tahun 2011 pernah bilang begitu, saya baru paham di tahun 2017 lalu)

Di situlah kemudian saya menenangkan hati, sejak Nenek tak ada, orang tua dan tante saya terlihat lebih rajin melaksanakan ibadahnya. Harapan untuk berjumpa itu semoga selalu ada. Karena iya, di atas segala janji keindahan surga, berkumpul kembali bersama-sama rasanya lebih bahagia.

Semoga Allah meridhai.

Aaamiin.

Pontianak. 04072018. 22:43.

Psikologi Kematian (2)

Pontianak. 01062018. 03:08.

Sekitar tahun 2010 saya agak terobsesi untuk mencari tahu tentang kematian, entah apa sebabnya, mungkin waktu itu takut mati, mungkin juga karena sedang banyak waktu luang. Dan apa yang saya inginkan itu, ketemunya di tahun 2013.

Bekal di tahun 2013 yang sudah lamaaaaa itu ternyata terpakainya di tahun 2017. Bagaimana menyikapi kematian? Yaaaa ngurang-ngurangin dosa, banyak-banyakin amal dong beb, kita kan gatau, apa kita termasuk ke golongan yang terberkahi, atau malah naudzubillah min dzalik golongan munafik-serem-sedih-amat.

Yang rumit adalah prakteknya.

Yang lebih rumit adalah praktek ketika ditinggalkan.

Ketika ditinggalkan, syuuuuttt sedih datang, tapi kan biasanya ada kesibukan mempersiapkan pemakaman, ramai orang datang beberapa hari bergantian, kemudian sepi kosong.

Kadang rasanya seperti baru sehari ditinggalkan, kadang jauuuuhhh lamaaaaa sekali karena memang tak berjumpa lagi.

Berulang berdoa berjumpa dalam mimpi, alih-alih takut, malah rinduuuu sekali. Sekelebat ada aroma yang meninggalkan, karena katanya dalam 7 hari masih berada di sekitaran.

Cara yang paling ampuh adalah…. mencari kesibukan. Kesibukan untuk yang meninggalkan. Lega hati ketika tahu sedekah yang diniatkan atas nama yang meninggalkan, ternyata bisa menjadi amal jariyah untuk beliau. Lega rasanya masih ada tali penghubung seperti itu.

Menyambung tali silaturahim dengan pergaulan beliau pun menyisipkan hangat di hati, mendengar berbagai cerita kebaikan, sebagai motivasi supaya bisa berjumpa lagi di akhirat nanti.

Kemudian meniru-niru apa saja kebiasaan baik yang biasanya dilakukan. Kalau rindu Nenek, saya belajar masak lauk, karena lauk buatan Nenek selalu paling enak, karena kegiatan terakhir bersama Nenek, adalah memasak.

Ya, persoalan ingin bersama di akhirat inilah… yang mendorong ingin lebih sibuk dalam kebaikan. Rindu yang tak akan mungkin mampu ditunaikan di dunia, semoga diridhai Allah untuk dipertemukan di surga. Aaamiin allahumma aaamiin.

Alhamdulillaah ‘ala kulli haal.

((Bersambung))

Psikologi Kematian (1)

Pontianak. 01062018. 02:11.

Beberapa hari yang lalu seorang teman dekat, sangat dekat, becerita tentang kesedihannya karena ada keluarga dekatnya yang meninggal. Saya kasih bocoran ya, semoga bisa kita doakan sama-sama Almarhum, Beliau meninggal ketika sedang bersujud pada shalat tahajudnya. MashaAllaah. Al fatihah.

Sejujurnya ketika mendengar ceritanya, saya ingin standing applause, maauuuu bgd saya meninggal seperti itu. Bayangan saya dengan modal ilmu cetek ini, betapa indahnya berpulang ketika bersujud berserah. Adakah yang lebih romantis dari kode Allah yg seperti itu? Tapi tentulah tak ada orang waras yang standing applause atas meninggalnya manusia terkasih.

Ditanyakan tentang bagaimana berdamai dengan perasaan ditinggalkan…

….sebenarnya adalah pertanyaan yang jawabannya belum bisa saya temukan. Kehilangan terbesar saya masihlah tentang berpulangnya Nenek pada tanggal 15 Mei 2017 lalu. Al Fatihah.

Segala patah hati dan kesedihan tak ada apa-apanya dibandingkan hal itu. Ooooohhh jadi begitu ya rasanya ditinggal mati. Rasa sedih karena kehilangan, ditambah menyalahkan diri sendiri karena kurang optimalnya waktu yang digunakan, rasa rindu ingin sama-sama lagi, rasa marah kepada diri sendiri, eh ada juga ternyata sedikiiiit rasa senang membayangkan dan berdoa agar almarhumah mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Namun di atas itu semua, ternyata ada rasa kosong yang demikian besarnya. Rasa kosong yang tak boleh ada, karena sebaik-baiknya rasa adalah ikhlas atas ketetapan-Nya.

(bersambung)

Dendam

Pontianak. 08:44. 08052018.

Katanya, kalau dendam itu… balas pakai karya.

*lirik si Adele yang sukses besar dengan lagu-lagu nelongsonya.

Di sini sih niat awalnya mau balas dendam. Nih liat nih Keminfo, tanpa tumblr yang kalian block, kumasih bisa kok cerita-cerita. Bwahhahahaha. Tapi sebenarnya salah satu pemacunya adalah postingan Yupa di medium yang iniΒ .

Abis itu saya iseng deh bikin akun di wordpress ini. Ternyata enak ya, bercerita kembali di halaman yang bersih seperti ini, secara settingan halaman tumblr saya sungguh heboh dengan latar baskom-baskom dan ember.

Nama “Harmoni Randomisasi” juga masih saya pakai di sini. Mungkin semacam trademark kalik ya, semacam anu… walau saya sudah memulai hidup baru di sini, ndak akan lupa kok dengan blog gonjreng di masa lalu itu.

Semoga bisa konsisten ya, karena bagaimanapun manafaatnya blog yang pertama sih untuk saya juga, supaya ingat bagaimana saya yang dulu-dulu, semacam tempat berkaca, kalau nulisnya dirasa bisa bener, semoga kelakuan hariannya juga lebih bener. Selain konsisten, sekali lagi juga mohon doa semoga bisa ada manfaatnya, khawatir juga sebenarnya, karena berbisik-bisik menulis di dunia maya sebenarnya sama saja sih dengan berteriak-teriak. Sekali sudah diterbitkan, dihapus atau ditarik kembali juga ndak mengubah keadaan. Begitu.

Semoga bukan hanya sekedar menjadi pembalasan dendam.

Alhamdulillaah, alhamdulillaah ‘ala kulli haal.

 

 

Warm regards,

Ayu Prissa Kartika.